Ulas Ledakan Bom di Makassar, Rocky Gerung: Pemerintah Tahu, Kenapa Tak Dicegah?

Ulas Ledakan Bom di Makassar, Rocky Gerung: Pemerintah Tahu, Kenapa Tak Dicegah? - Hai Sobat pembaca semuanya, salam sejahtera kami ucapkan untuk para sobat Pembaca Berita Tuek. Semoga Allah selalu melindungi kita semua dan memberikan Rahmat dan hidayahNya sehingga sobat bisa meluangkan waktu untuk mampir di situs kami ini.

Di kesempatan ini kita akan mengupas tentang Ulas Ledakan Bom di Makassar, Rocky Gerung: Pemerintah Tahu, Kenapa Tak Dicegah? yang mungkin sedang sobat cari, dan kami sudah menyiapkan artikel ini dengan baik untuk dapat Sobat baca dan ambil informasi didalamnya. Semoga postingan kami kali ini dapat membawa manfaat untuk Sobat semuanya, oke selamat membaca.

Ulas Ledakan Bom di Makassar, Rocky Gerung: Pemerintah Tahu, Kenapa Tak Dicegah? 

KONTENISLAM.COM - Pengamat politik Rocky Gerung mengutarakan analisanya soal ledakan bom bunuh diri di salah satu gereja di Makassar, Minggu, 28 Maret 2021.

Dia mengatakan pada dasarnya rakyat selalu punya alam pikiran alternatif untuk menduga peristiwa yang justru hendak dihindari.

Hal ini menjadi awal pembahasannya mengulas soal ledakan bom bunuh diri di salah satu gereja di Makassar, Minggu, 28 Maret 2021.

Ulasan ini disampaikannya dalam video di akun YouTube Rocky Gerung Official berjudul: Publik Curigai Bom Makassar, Ini Sangat Berbahaya, yang diunggah, Senin, 29 Maret 2021.

Menurut Rocky Gerung, sesuatu yang berbasis pada kekerasan sangat tidak berguna bagi agama, manusia, dan apalagi demokrasi.

Tetapi publik selalu menganggap bahwa, kok ada semacam fantasi bahwa setiap kali ada upaya untuk membongkar sat kejahatan lalu timbul kejahatan baru.

“Jadi bukan masalah di Makassar-nya yang sebetulnya menjadi pokok persoalan. Tentu terorisme itu ada orang yang menjadi teroris, yang tetap ingin menghasilkan kekerasan dalam memaksakan kepentingan politik. Tapi publik lebih cerdas, dia melihat lapisan di belakang itu apa?,” ujar Rocky Gerung.

“Kenapa pada hari Minggu ketika ibadah, kenapa bersamaan dengan Habib Rizieq, kenapa Moeldoko pernah ngomong tentang radikalisme, kenapa Pak Mahfud MD juga sebulan lalu udah wanti-wanti tentang keadaan dan perlunya stabilitas,” terangnya.

“Kan artinya kekuasan tahu adanya potensi kekerasan, lalu kenapa nggak dicegah. Kalau sudah diungkapkan sebelumnya, artinya intelijen sudah mencium itu, bukan setelah terjadi baru sibuk mencari keterangan,” jelasnya.

Dia menyebut, bagi rakyat yang berupaya untuk melihat kemampuan bangsa ini bertumbuh, justru mencurigai, “dan kecurigaan itu adalah sah,” katanya. “Karena kait-mengkait akhirnya terbaca.”

Menurut Rocky Gerung, hal ini tentulah berbahaya, sebab sekali publik tidak percaya bahwa ada kekerasan di Makassar, dan menganggap bahwa itu ada rekayasa, maka seluruh keterangan pemerintah akhirnya tidak bisa lagi menentramkan.

Dia menambahkan, ada semacam ‘pancing-memancing’ untuk menutupi isu yang sedang berlangsung hari-hari ini. Soal Habib Rizieq, misalnya, kata Rocky Gerung, ada upaya untuk membenturkan kembali soal agama.

Dengan demikian, jelas dia, peralatan kekuasaan yang serba lengkap tentang informasi, tentang intelijen, lalu kenapa tidak dari awal dilakukan tindakan pencegahan.

“Jadi itu sebenarnya yang menjadi tanda tanya publik, melalui pertanyaan-pertanyaan para jurnalis,” ungkapnya. [gelora]

BERITA PILIHAN PEMBACA :
Memuat...

Itulah tadi informasi tentang Ulas Ledakan Bom di Makassar, Rocky Gerung: Pemerintah Tahu, Kenapa Tak Dicegah? yang dapat kami sampaikan untuk Anda. Semoga saja dapat menjawab rasa penasaran Anda, tentang tentang berita yang mungkin sedang Anda cari.

Jika dirasa berita yang kami sampaikan membawa manfaat, silahkan bantu kami untuk berbagi kepada teman-teman yang lain, melalui media sosial yang ada dibawah artikel ini.

Kedepannya kami akan terus mengupdate dan berbagi informasi terkini atau berita terbaru di sekeliling kita, untuk itu terus pantengin situs ini. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berkunjung ke situs Berita Tuek ini. Sampai ketemu di berita berikutnya.

Komentar