Liputan TEMPO: "Kampus Kini Berubah Jadi Sarang Para Centeng Rezim Yang Berkuasa"

Liputan TEMPO: "Kampus Kini Berubah Jadi Sarang Para Centeng Rezim Yang Berkuasa" - Hai Sobat pembaca semuanya, salam sejahtera kami ucapkan untuk para sobat Pembaca Berita Tuek. Semoga Allah selalu melindungi kita semua dan memberikan Rahmat dan hidayahNya sehingga sobat bisa meluangkan waktu untuk mampir di situs kami ini.

Di kesempatan ini kita akan mengupas tentang Liputan TEMPO: "Kampus Kini Berubah Jadi Sarang Para Centeng Rezim Yang Berkuasa" yang mungkin sedang sobat cari, dan kami sudah menyiapkan artikel ini dengan baik untuk dapat Sobat baca dan ambil informasi didalamnya. Semoga postingan kami kali ini dapat membawa manfaat untuk Sobat semuanya, oke selamat membaca.

Belenggu di Kampus Kita

Kampus, yang seharusnya menjadi arena dialektika bagi civitas akademika, kini berubah menjadi sarang para centeng pemerintah.

Apa yang terjadi jika ada forum diskusi kampus ataupun pernyataan lembaga kemahasiswaan yang mengkritik pemerintah? Acaranya dibubarkan rektor, pembuat kritiknya diperiksa, dirisak, atau akun media sosialnya diretas. Pilihan konsekuensi itu telah menjadi kenyataan pahit bagi banyak universitas di Tanah Air. Kampus, yang seharusnya menjadi arena dialektika bagi civitas academica, kini berubah menjadi sarang para centeng rezim yang sedang berkuasa.

Contoh terbaru adalah reaksi berlebihan pihak rektorat terhadap unggahan akun Instagram Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) yang mengkritik Presiden Joko Widodo. Tak cukup memanggil dan meminta penjelasan, petinggi kampus juga mendesak pengurus BEM menghapus unggahan berupa meme dengan tulisan Presiden sebagai “The King of Lip Service” alias raja omong kosong.

Upaya mengintervensi kebebasan mahasiswa menyampaikan kritik jelas merupakan langkah yang kebablasan. Alasan BEM UI melanggar aturan dan menghina simbol negara juga tidak masuk akal, baik dari sisi hukum maupun logika demokrasi. Meme yang dibuat itu sepenuhnya datang dari pemikiran kritis para mahasiswa atas situasi politik yang sedang terjadi di era pemerintahan Jokowi. Apalagi konstitusi menyebutkan bahwa simbol negara adalah bendera Merah Putih, bahasa Indonesia, Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Presiden tidak termasuk di antaranya.

Pembungkaman terhadap civitas academica di UI menambah panjang daftar campur tangan otoritas kampus terhadap beragam kegiatan mahasiswa untuk berekspresi. Pada September 2019, misalnya, Forum Rektor Indonesia meminta mahasiswa seluruh Indonesia tidak turun ke jalan menolak sejumlah rancangan undang-undang yang dianggap bermasalah.

Pernyataan itu muncul setelah para rektor bertemu dengan Jokowi di Istana Negara. Penegasan itu diperkuat oleh pernyataan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi kala itu, yang meminta mahasiswa menyampaikan aspirasi dengan berdiskusi, bukan berdemonstrasi. Aksi para mahasiswa tersebut malah dituduh sebagai salah satu upaya untuk menggulingkan pemerintah. Perilaku ini menegaskan bahwa pimpinan kampus tak ubahnya corong pemerintah.

Rendahnya kesadaran akan perbedaan pendapat juga membuat mahasiswa dan dosen ditekan banyak pihak. Mereka adalah para kelompok pendukung dan aparat yang semata-mata memakai “kacamata kuda” membela segala rupa tindakan pemerintah. Contoh paling dekat adalah pembatalan diskusi publik berjudul “Persoalan Pemecatan Presiden di Tengah Pandemi Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan” di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada Juli 2020. 

Penyelenggara dan pemateri diskusi diteror dan dirisak di media sosial. Perangkat seluler dan aplikasi percakapan mereka diretas. Peristiwa yang sama juga dialami pengurus BEM UI. Sampai sekarang, penegak hukum tak pernah berhasil mengungkap seorang pun pelaku di balik teror ini. Padahal Pasal 8 Undang-Undang Nomor 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi dengan nyata menjamin kebebasan kampus menggelar mimbar akademik dan memiliki otonomi keilmuan.

Wajar bila situasi saluran berekspresi dan menyampaikan aspirasi di kampus saat ini mirip dengan pembungkaman di era Orde Baru. Kampus tak ubahnya pabrik yang hanya mencetak para tenaga kerja. Tak ada kesempatan untuk memperluas dialektika terhadap kehidupan bernegara. Setiap ruang berbicara diawasi dan terasa semakin sempit. Kabar suram bagi demokrasi kita.(*)

*Sumber: Koran TEMPO edisi 29 Juni 2021


BERITA PILIHAN PEMBACA :
Memuat...

Itulah tadi informasi tentang Liputan TEMPO: "Kampus Kini Berubah Jadi Sarang Para Centeng Rezim Yang Berkuasa" yang dapat kami sampaikan untuk Anda. Semoga saja dapat menjawab rasa penasaran Anda, tentang tentang berita yang mungkin sedang Anda cari.

Jika dirasa berita yang kami sampaikan membawa manfaat, silahkan bantu kami untuk berbagi kepada teman-teman yang lain, melalui media sosial yang ada dibawah artikel ini.

Kedepannya kami akan terus mengupdate dan berbagi informasi terkini atau berita terbaru di sekeliling kita, untuk itu terus pantengin situs ini. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berkunjung ke situs Berita Tuek ini. Sampai ketemu di berita berikutnya.

Komentar